Senin, 07 Januari 2019
Memaafkan Luka Bathin
LUKA BATHIN MASA LALU
Masalah biasanya tidak pernah timbul dengan sendirinya. Sebagian besar masalah psikologis timbul karena berinteraksi dengan orang lain.
Ketika suatu masalah terjadi pada seseorang, bisa jadi seseorang menyalahkan orang lain yang terlibat, memyalahkan dirinya sendiri bahkan boleh jadi menyalahkan Tuhan. Agar klien bisa lepas dari semua masalah, dia harus memaafkan orang lain, memaafkan dirinya sendiri dan menerima takdir Tuhan dengan lapang dada.
Pemaaf adalah sifat yang sangat terpuji yang Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Karena beratnya amalan ini, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala mengutip secara khusus dalam Surat Ali Imron ayat 133-134;
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Sudah jamak dalam kehidupan kita, meminta maaf dan memaafkan adalah pekerjaan yang maha berat. Meski sudah menyadari kesalahan namun meminta maaf kepada mereka yang telah didzalimi dan disakiti bukan perkara yang mudah.
Ada semacam ego atau gengsi yang mencegah seseorang untuk mengatakan, “Aku minta maaf, aku telah bersalah.”
Terkadang orang lebih suka melakukan apa pun yang lebih sulit daripada meminta maaf. Dan ini merupakan salah satu bentuk kesombongan karena ia merasa sedemikian mulia sehingga malu dan tidak bersedia untuk minta maaf.
Sebaliknya, meski bisa menahan sakit akibat kedzaliman orang lain, memberi maaf juga bukan perkara yang mudah. Ada semacam rasa sakit yang tergores yang seakan-akan tidak bisa lepas dari ingatan dan akan senantiasa membekas.
Padahal Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang berlapang dada dan pemaaf.
Sebagaimana yang pernah disinggung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bahwa manusia adalah tempat salah dan dosa. Memberi maaf orang atas kesalahan yang mungkin tidak disengajanya termasuk keutamaan tersendiri bagi orang yang tersakiti.
Janji Allah, siapa yang memaafkan disaat dia mampu membalas, ia akan meraih Surga Allah.
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ ”
“Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangnan di Surga, hendaknya ia memafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya.” (HR. Thabrani)
Demikianlah betapa bahagianya untuk orang yang mudah memaafkan. Namun, adakalanya memaafkan terasa sulit untuk kasus :
Pelecehan, KDRT, bullying, polygami, polyandri, LGBT, dan prostitusi, karena semuanya merupakan rentetan gangguan psikologis dari pengalaman luka emosional masa lalu.
Selagi pengalaman luka emosionalnya belum terestruktur sehat, masalah di atas akan terus ada berlanjut di kehidupan, menular seperti mata rantai yg tak terputus.
Cara efektif untuk memutus mata rantai luka emosional adalah dengan menyembuhkannya dengan cara memaafkan melalui cara terapi regresi untuk pemulihan emosi.
Bila Anda merasa sulit menyembuhkan luka bathin diri Anda, mudah-mudahan dengan izin Allah kami bisa membantu memberikan jalan keluarnya. Untuk itu, silakan hubungi :
Rumah Sehat Thera Afiat
Jln. Kelapa Sawit Raya Blok Dd No.15
Kelapa Gading.
Jakarta utara.
Telp. 08111494599
087883171247
Ibu Sholeh +62 896-2697-9941
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar